Transfer embrio (TE) adalah suatu metode buatan dalam perkawinan dengan cara membentuk embrio dari seekor betina dan pejantan unggul yang disebut donor, kemudian dipindahkan dan dicangkokkan ke dalam saluran reproduksi induk betina lainnya dalam spesies yang sama disebut resipien. Keberhasilan teknologi TE dengan menggunakan embrio baik secara in vivo maupun in vitro ditunjukkan dengan keberhasilan menghasilkan anak yang dilahirkan dengan kualitas yang diinginkan. Keberhasilan TE pertama kali dilaporkan pada kelinci, tahun 1891 di Inggris dan pada domba pada tahun 1934, pada sapi, kerbau dan babi pada tahun 1951, dan pada kuda pada tahun 1974. Adanya teknik ini mampu meningkatkan kualitas genetik ternak hingga 10% yang jauh di atas metoda konvensional yang hanya sekitar 2 – 5%.
Prinsip dasar teknologi TE memiliki beberapa treatment dengan menggunakan teknik-teknik lainnya. Beberapa prinsip dasar tersebut adalah superovulasi, sinkronisasi birahi, inseminasi buatan, pengumpulan atau pemanenan embrio dan pemindahan embrio. Superovulasi akan memperbanyak jumlah embrio yang dihasilkan, sehingga anak yang dilahirkan dengan cara transfer embrio dapat lebih banyak. Sinkronisasi birahi dalam teknik transfer embrio adalah usaha manusia untuk menyamakan waktu birahi antara donor dan resipien, sehingga bila dilakukan pemindahan embrio, maka embrio tersebut tidak mengalami perubahan baik tempat ataupun suasana maupun genetik dan dapat tumbuh serta berkembang secara normal. Pemanenan embrio atau biasa disebut penampungan embrio, flushing atau eggs recovery, menurut beberapa ahli biasanya dilakukan rata-rata pada hari ke-7 sesudah pembuahan atau inseminasi. Teknik pemindahan embrio dapat dilakukan setelah evaluasi embrio baik secara pembedahan maupun tanpa pembedahan.
Kebanyakan negara-negara di Asia mengimport sapi dari Australia dan Selandia Baru. Import dalam jumlah besar dari hewan-hewan adalah mahal dan permasalahan lain, hewan atau ternak tidak dapat dengan mudah menyesuaikan dengan iklim baru. Oleh karena itu, akan lebih murah untuk mengimport sedikit betina-betina yang unggul dan memperbanyak di dalam negeri dengan menggunakan teknik transfer embrio. Hasil keturunan dengan teknologi TE juga akan cepat beradaptasi dengan sekitarnya dan sedikit stress, sebab keturunan tersebut dipelihara sebagaimana kehamilan sempurna di dalam betina lokal yang dipakai sebagai resipien.
Sumber :
Situmorang P, Triwulaningsih E. 2004. Aplikasi dan inovasi teknologi Transfer Embrio (TE) untuk pengembangan sapi potong. Lokakarya Nasional Sapi Potong.95-105.
Sudarto. 1985. Manfaat dan prospek masa depan dari transfer embrio [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
EmoticonEmoticon