Tuesday 26 December 2017

inovasi telur terbaru

pagi semuanya, kali ini ane bakal share informasi telur asin terbaru, lumayan bisa jd referensi penelitian :v langsung sajja

mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung yaitu  Siti Sarah Nurul, Rizka Diannika S, Firda Liesdiana, Dwita Ramdhini melakukan inovasi dalam membuat produk olahan berbahan baku telur itik.

Mereka bergabung dalam tim untuk mengikuti ajang lomba Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) yang diselenggarakan Kementerian Riset Teknologi danPendidikan Tinggi(Ristekdikti) pada 2014 lalu. “Saat itu, kita membuat judul tulisan Tertindas yang berakronim dari Terobosan Telur Asin Pedas,” ungkap Siti Sarah Nurul Kepala Produksi Tertindas.


Perempuan yang akrab dipanggil Sarah ini menceritakan, berkat mengikuti PKM-K akhirnya mendapat dana dari Ristekdikti untuk mengembangkan olahan telur asin ini. Lalu, memasuki awal 2015 mencoba trial and error untuk mencari metode dan rasa. “Latar belakang membuat produk hilir berbahan baku telur ini, karena orang tua memiliki peternakan itik di Kabupaten Garut Jawa Barat, kemudian bagaimana membuat produk telur asin yang berbeda dari biasanya. Maka, saya mengajak teman – teman untuk berinovasi produk dari telur asin biasa menjadi rasa pedas yang juga dapat menimalisir bau amis,” paparnya.

Untuk filosofi produk dengan nama Tertindas, ia tuturkan adalah ketika konsumen makan telur ini lidahnya terasa tertindas, karena ada rasa pedasnya. Sejak kuliah sampai sekarang sudah lulus pun pada 2016 silam, tetap beranggotakan empat orang dalam mengembangkan produk Tertindas ini dengan mempunyai peran masing – masing. Mulai dari divisi produksi, keuangan, administrasi dan pemasaran. Lokasi rumah produksi masih menyewa sebuah rumah kos di daerah Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. “Sejak lulus kuliah pada 2016, kita lebih serius dalam mengembangkan usaha ini,” cetusnya.


Proses Produksi
Sarah menjelaskan untuk proses pembuatan produk ini dimulai dari pengumpulan telur di kandang (collecting), setelah itu telur di cuci untuk menghilangkan sisa kotoran yang menempel di telur. Kemudian menyiapkan bahan-bahan proses pemeraman yaitu abu dan garam dengan perbandingan 1:1. Waktu proses pemeraman selama 14 hari, kemudian telur di cuci kembali dari abunya.

Sedangkan, untuk bahan baku bumbu pedas dan baladonya terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabai merah dan rempah-rempah. Lalu, bahan tersebut direbus terlebih dahulu dan digoreng kemudian diblender, serta disaring untuk diambil sarinya. Setelah air sarinya dimasukkan kedalam telur yang masih mentah melalui alat suntik (injeksi).Telur yang telah di suntik bumbu pedas tersebut direbus selama 3-4 jam.

Sampai sekarang masih menggunakan metode injeksi dalam membuat telur asin pedas ini, namun kedepannya sedang mencari metode lain. “Pernah menggunakan metode perendaman abu dan garam bersamaan dengan cabai, tapi hasilnya cabai tidak bisa menyerap kedalam telur. Sehingga, hanya ada aroma bukan rasa yang pedas,” jelasnya.

Ditambahkan Firda Liesdiana Kepala Administrasi Tertindas, selain metode penyuntikan, saat ini juga sedang berusaha mencari metode untuk menyatukan bahan cabai dengan putih telur (albumen). Selama ini, konsentrasi cabai dengan albumen beda. “Saya sedang membangun komunikasi dengan teman di jurusan Bioteknologi Unpad untuk mencari metode secara ilmiah menyatukan antara cabai dan albumen,” ujarnya.

Sedangkan, untuk satu alat suntik yang digunakan, ia utarakan hanya untuk 30 butir telur saja dengan alasan menjaga kebersihan (higenis), kemudian langsung diganti dengan alat suntik yang baru. Jumlah produksi Tertindas terus bertambah, mulai dari  60 – 100 butir telur perminggu, sekarang sudah mencapai 500 hingga 1.000 butir perminggu.

 oke sekian posting kali ini semoga bermanfaat :)

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon